Senin, 15 Oktober 2012

antropologi fisik dan sosial budaya


Ads Powered by:KumpulBlogger.com
Antropologi Fisik

Secara khusus  antropologi fisik mencoba menelaaah manusia sebagai makhluk fisik yang tumbuh dan berkembang hingga terjadinya keanekaragaman makhluk manusia menurut cirri-ciri tubuh atau fenotipe, seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi, dan bentuk tubuh serta ciri-ciri genotipe seperti golongan darah.

Para ahli antropologi fisik berusaha merekonstruksi munculnya manuisa dan perkembangan selanjutnya melalui proses evaluasi kemudian mengelompokannya kedalam berbagai golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri tubuh hingga diketahui penyebab terjadinya variasi manusia.

Paham mengenai asal-usul dan evolusi manusia dapat dicapai dengan cara meneliti sisa-sisa tubuh yang telah membatu (memfosil) yang dijumpai pada lapisan-lapisan bumi. Bidang antropologi fisik yang mempelajari ini disebut paleoantologi manusia atau paleo-antropologi. Paham mengenai ciri-ciri tubuh, baik yang fenotipe maupun genotype dapat dilakukan dengan mengklasifikasikan keanekaragaman ciri-ciri tersebut.  Bidang antropologi yang melaksanakan kegiatan ini disebut antropologi fisik.

Antropologi fisik memiliki dua bidang terpenting, yaitu penelitian tentang evolusi manuisa dan penelitian tentang variasi diantara manusia yaitu mencoba menelaah bagaimana dan apa sebabnya masyarakat manusia menunjukan perbedaan dalam ciri – ciri khas fisik atau biologis. Oleh karena itu, untuk memahami aneka variasi manusia ini, maka ahli-ahli antropologi  fisik menerapkan prinsip, konsep, dan teknik dari bidang ilmu lain, seperti ilmu genetika, biologi kependudukan dan epidemiologi.

PALEO-ANTROPOLOGI
Paleo-antropologi merupakan ilmu bagian dari antropologi fisik yang mecoba menelaah tentang asal-usul atau terjadinya dan perkembangan makhluk hidup. Untuk mengetahui hal ini para ahli paleo antropologi menggunakan sisa-sisa tubuh yang mambatu atau fosil-fosil manusia yang terdapat dalam lapisan – lapisam bumi sebagai objek penelitiannya.

SOMATOLOGI
Sebagai ilmu bagian dari antropologi fisik dalam arti khusus, somatologi menelaah tentang variasi atau keanekaragaman  ras manusia secara keseluruhan seperti ciri-ciri fenotipe da ciri-ciri genotype. Ciri – ciri fenotipe merupakan cirri – ciri lahiriahdari manusia yang dihasilkan karena interaksi antara ciri –ciri keturunan dan lingkungan. Secara kualitatif, ciri fenotipe tampak nyata pada warna kulit, warna dan bentuk rambut, warna dan bentuk mata, bentuk hidung, bentuk bibir, maupun bentuk muka. Secara kuantitatif yang didasarkan pada hasil pengukuran antropometer, ciri-ciri fenotipe tampak nyata pada bagian , indeks kepala atau tengkorak.

Ciri-ciri genotipe didasarkan pada analisis biologi kimiawi terhadap gen manusia (keturunan). Gen ini akan diturunkan dari pasangan suami istri kepada anak-anaknya, tanpa dipengaruhi oleh factor-faktor biologis, apalagi factor lingkungan seperti pengaruh iklim atau kebiasaan makanan pokok. Salah satu perhatian utama dari analisis genotype ini adalah golongan darah.
  
Antropologi Sosial Budaya

Pada dasarnya Antropologi sosial  merupakan  perkembangan lebih lanjut dari antropologi budaya. Antropologi budaya memfokuskan kajiannya terhadap budaya umat manusia, sedangkan antropologi sosial mengkaji tentang masyarakat manusia. Berdasarkan ruang ingkup kajian tersebut , maka dapat dikatakan bahwa antropologi sosial bersumber dari ruang lingkup yang sama, karena masyarakat dan budaya merupakan satu kesatuan sistem yang tak terpisahkan, sehingga keduanya sering disebut sebagai antropologi sosial-budaya. Selain itu, istilah antropologi budaya juga masih digunakan untuk menyebut bidang kajian dari antropologi yang tidak mempelajari antropolohi fisik( yang secara khusus mempelajari tubuh manusia), bahkan istilah ini masih digunakan di Amerika dan Negara-negara lain, sedangkan istilah antropologi social digunakan di inggris pada awal abad ke-20 (sebelu tahun 1930) untuk membedakannya dari etnologi.

Kehadiran antropologi-sosial budaya (antropologi sosiokultural) relative masih sangat muda bila dibandingkan dengan ilmu sosial lainnya. Kehadirannya sejalan dengan kebutuhan kolonialisme sejak abad ke – 18. Pada saat itu orang-orang eropa banyak membutuhkan informasi dan pengetahuan mengenai penduduk yang dijajah, baik mengenai kehidupan sosialnya, maupun kehidupan budaya nya. Sejak itu antropologi berkembang atau bergerak kearah ilmu pengetahuan terapan yang sebelumnya hanya berkembang atau bergerak di kawasan kampus dan lembaga ilmu pengetahuan sebagai ilmu pengetahuan murni.. Bersamaan dengan itu, pola-pola penelitian lapangan dengan menggunakan metode etnografi pun berkembang.

Penelitian-penelitian antropologi untuk kepentingan praktis sebenarnyasudah dimulai sejak tahun 1930-an, yang dipelopori oleh Raymon Firth, antropologi dari inggris. Pada masa itu Raymon Firth melakukan penelitian ekonomi pedesaan terhadap  penduduk di daerah Oceania dan Malaysia.Sasarannya adalah gejala-gejala modernisasi ekonomi pedesaan seperti penanaman modal, pengarahan tenaga kerja, sistem produksi, pemasaran hasi pertanian, dan perikanan. Metode penelitian Raymon Firth ini dikenal sebagai antropologi ekonomi dan antropologi pembangunan.

Dalam perkembangan  selanjutnya, antropologi social-budaya bergerak pula di bidang kependudukan, pendidikan , kesehatan, hukum, politik, psikologi dan lain-lain.Pengkhususan penelitian ini pada akhirnya berkembang menjadi spesialisasi dari antropologi sosial-budaya, Seperti antropologi kependudukan/demografi, antropologi pendidikan, kesehatan dan antropologi politik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar